Image Map
| | | | |

Selasa, 25 Juni 2013

Jenis Murai Batu

 JENIS – JENIS BURUNG MURAI BATU






Burung murai termasuk salah satu burung yang cocok jadi hewan peliharaan. Sudah banyak yang tahu bahwa spesies yang bernama latin Copychus malabaricus adalah anggota keluarga Turdidae. Burung keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Maka tak heran bila burung yang satu ini adalah salah satu burung kebanggaan untuk di pelihara di rumah. Well, kita kenalan dulu siapa sebenarnya burung ini lebih dalam .



Scientific classification
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Muscicapidae
Genus : Copsychus
Species : C. malabaricus
Binomial name : Copsychus malabaricus
Synonyms : Kittacincla macrura dan Cittocincla macrura

Murai Batu Berdasarkan habitatnya dapat digolongkan menjadi beberapa:

  1. Murai Batu Medan

    Ciri-ciri ekor tipis-lentur melengkung ke bawah, panjang 27- 30 cm. Variasi lagu kicauan indah & banyak, daya tempur dahsyat, mental baja dengan volume dan variasi suara di atas rata-rata. Harga bakalannya paling mahal. Burung asal dari Peg. Leuser, Bahorok masih tetap diburu oleh pecinta murai dari segala kalangan. Ternyata bukan hanya penduduk Sumatra Utara saja yang bersuara merdu , burung murai asal Medan juga lho.

  2. Murai Batu Nias.

    Ciri yang utama adalah pada bagian ekornya hitam semua, tidak ada bulu ekor warna putih dan mempunyai volume yang keras. Sering terlihat di Kepulauan Nias, Sabang. Lucunya burung yang satu ini suka minder kalau melawan burung murai berekor hitam-putih. Padahal mental untuk bertarungnya sangat kuat loh. Hitam saja juga sudah keren kok, keep singing Murai Nias

  3. Murai Batu Lahat

    Mempunyai panjang ekor 19 - 23 cm. ekornya ada tipis dan tebal. variasi suara yang banyak. Mental Bagus. Disinyalir Murai Batu yang beredar sekarang di pasar burung kebanyakan adalah murai batu lahat.

  4. Murai Batu Lampung

    Mempunyai ekor pendek 12 - 18 cm dan umumnya kaku. Mempunyai daya tempur yang bagus. Jika perawatannya benar mentalnya bisa sangat bagus. Variasi suara dasar cenderung ngeban (mengulang-ulang suara yang sama), perlu pemasteran yang baik untuk menutupi kelemahannya. Kelebihan yang menonjol saat bertanding, mempunyai stamina yang baik ( tidak mudah lelah) dalam melantunkan lagu-lagu ngerol, tonjolan (besetan) dalam waktu lama. Gaya bertarungnya tidak seindah murai batu ekor panjang yang bisa men "cambuk" ekornya. Tapi harganya kalau sudah sering menang kontes tidak kalah dengan Murai Batu lainnya. Habitatnya di sekitar hutan lampung, Baturaja hingga ke arah Palembang

  5. Murai Batu Aceh

    Mempunyai ekor panjang 19 - 29 cm. Bentuk fisik tidak terlalu besar. Mempunyai daya tempur yang dahsyat. Variasi suara banyak , panjang- panjang dan ngeroll diselingi dengan suara tembakan/besetan yang menyayat hati. angse (Piedie), peg. Seulawahsabang ,Lhoong (kab. Aceh Besar) dan Keude Bieng yang merupakan tempat Murai Batu diperoleh.

  6. Murai Batu Borneo (Kalimantan)

    Panjang ekor 8 - 13 cm. Ciri khasnya saat bertarung dengan murai lain dadanya membusung/menggelembung. Mempunyai sifat yang lebih agresif dan terkesan ngotot. Kicauannya cenderung "ngeban" ( mengulang) dan suaranya agak "mendem" (kurang kristal). Di lapangan kontes, kelas tersendiri tidak menyatu dengan Murai batu Sumatra.

Semakin bagus suara burung murai ini maka harga jualnya pun semakin tinggi. Namun perlu disayangkan populasi burung murai di alam bebas atau habitat aslinya menjadi berkurang dikarenakan lebih diutamakan sebagai barang jual beli. Kasihan sih jadi tidak bisa sebebas seharusnya, Namun untuk pecinta burung pasti mereka bisa merawatnya dengan baik 

Jenis - Jenis burung Anis


anis merah/cacing - zoothera citrina -orange head thrust
anis cendana - zoothera peronii - orange sided thrust
anis gunung - zoothera andromeda - sunda thrust
anis gunung- turdus poliocephalus-island thrust
anis kembang zoothera interpres chestnut capped thrust
anis kening cewek
anis kening cowok- turdus obscurus -eyebowed thrust
anis punggung merah - zoothera erythronote - red backed thrust 
anis siberia cewek


anis siberia cowok - zoothera sibrica - siberia thrust


anis sisik - zoothera dauma - scaly thrust


anis sulawesi cataponera turdoider sulawesi thrust


bonin thrust zoothera terrestis


buru thrust zoothera dumasi




zoothera dixoni - long tailed thrust


zoothera machiki - fawn breasted thrust


zoothera major amami thrust


zoothera marginata - dark sided thrust


zoothera mollissima


zoothera monticola long billed thrust


zoothera naevia varied thrust 


zoothera schistacea - salty backes thrust


zoothera spiloptera

Ragam Jenis Cucak Rowo


RAGAM JENIS BURUNG CUCAK ROWO

Mengenal Burung Cucak Rowo di Indonesia terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi penyebarannya di Indonesia bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar jauh hingga ke Sulawesi Selatan, salah satunya juga didapati di Lombok. Namun keduanya diduga menyebar karena dibawa manusia (feral, burung lepasan yang kemudian berbiak). Akan tetapi anehnya ada satu jenis anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di pulau-pulau sekitar Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus (Hypsipetes) affinis). Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir satu sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi sembilan subspesies yang berbeda. Beberapa contoh anggota suku merbah ini selain cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) adalah Cucak kuning (P. melanicterus), Cucak kutilang (P. aurigaster), Cucak gunung (P bimaculatus), Merbah cerukcuk (P. goiavier), Merbah belukar (P. plumosus) dan Empuloh janggut (Alophoixus bres).

Cucak Rawa Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun '80an.
Burung-burung yang kini diperdagangkan kebanyakan berasal dari Sumatra dan Kalimantan. Saat ini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo)pun populasinya terus menyusut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi Cucak Rawa ke dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN. Jika tidak ada langkah penyelamatan yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan burung ini hanya akan tinggal kenangan dan hanya tinggal disebut-sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Klang-klung-kliuk… klang–klung–kliuk” Kicauan burung Cucak Rawa mengalun merdu. Gema suaranya yang terdengar hingga jarak 300-an meter memecahkan keheningan di pagi hari yang sejuk. Lelah setelah pulang kerjapun bisa hilang saat mendengar kicau burung di rumah. Bagi pencinta Cucak Rawa memelihara burung ini dan menikmati kicauannya dapat memberi ketenteraman batin. Apalagi, burung ini konon kabarnya menjadi klangenan para raja-raja di Jawa dan sampai saat ini masih dianggap bisa menaikkan gengsi bagi pemiliknya.
Para penggemar fanatik Cucak Rawa biasanya mencari Cucak Rawa yang mepunyai kicauan roppel, yaitu kicauan yang panjang-bergulung, nadanya bervariasi, seperti ocehan dua-tiga burung yang digabung menjadi satu. Tetapi, suara semi roppel (agak roppel) dan engkel (hanya ”klang-kling-klung”) saja juga sudah cukup disenangi bagi sebagian kalangan.

Tingkatan Kualitas Suara Cucak Rawa.
Perlu diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang kualitas sangatlah berbeda. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun memiliki pandangan yang berbeda pula dalam mengukur kualitas suara Cucak Rawa
Bila kita jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan yang berbeda. Baik dari segi tempo, irama dll. Para juri kontes punya andil yang besar dalam menentukan kualitas suara Cucak Rawa yang kemudian menyebar melalui para penggemar dari mulut ke mulut untuk kemudian pula akhirnya menjadi style atau trend suara Cucak Rawa.
Berikut tingkatan suara Cucak Rawa :

a. Gedongan
Adalah kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau ngingklung (berasal dari kata ngelingkung/lingkungan) karena sudah tidak seperti umumnya Cucak Rawa yang harus memiliki suara alam/hutan/murni. Jadi terkesan seperti kicauan yang umum/sering kita jumpai. Biasanya Cucak Rawa gedongan ini hanya sebagai pajangan saja (sebagai penanda status sosial) sehingga perawatannya kurang baik dan kurang terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat terkontaminasi lingkungan sekitarnya. Mulai dari menirukan suara burung jenis lain, ataupun suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya lambat dan kurang jernih serta jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung gedongan ini adalah burung betina yang kurang terperhatikan rawatannya.

b. Engkel
Disebut juga ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan karena masih tetap memiliki suara khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal, mengambang atau kurang memiliki tekanan suara dalam, lambat temponya. Peningkatan kualitas jenis suara ini hanya bisa sampai tahap engkel panjang. Biasanya suara ini lebih banyak dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal kalimantan yang salah perawatan.

c. Engkel panjang/engkel ngelagu
Sebenarnya kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa ini rajin berkicau, namun seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi panjangnya saja dan jarang berkicau dengan irama yang cepat. Biasanya dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal medan, sumsel dan jambi yang salah perawatan.

d. Semi Roppel/Semi Rovel
Kecepatan suaranya lebih sering terdengar, namun masih terdapat celah/selah atau jarak antar variasinya masih ada lubang. Selah pada lubang tersebut ada kemungkinan terisi suara burung Cucak Rawa yang lain. Sehingga mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik dapat mencapai kualitas ini

e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)
Istilah ini kurang populer dan dapat dikatakan baru. Tingkatan suara ini tergolong baik, speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih terdapat celah yang memungkinkan suara Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya, suara ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan jambi. Juga banyak dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo yang sedikit lambat.

f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin bisa diambil dari istilah rope/tali atau roll yang berarti bergulung. Suara jenis ini memang bercirikan suara yang panjang dan bergulung-gulung seakan tidak memiliki jarak, tidak ada celah/slah diantara tiap untaian iramanya serta terdengar bervolume besar dan keras.
Suara ini banyak dimiliki oleh Cucak Rawa betina asal medan dan Cucak Rawa jantan asal lampung.
Cucak Rawa betina roppel umumnya lebih berkualitas bila dibandingkan dengan jantan. Hal ini disebabkan Cucak Rawa betina akan meropelkan secara murni sementara jantan walaupun ropel, namun masih mau mengicaukan suara jenis lain sehingga nadanya terdengar kurang murni.
Adapun kelemahan Cucak Rawa betina kurang rajin berkicau bila dibandingkan dengan yang jantan. Terlebih bilamana yang jantan ini terpancing oleh suara burung pendampingnya, Cucak Rawa lain ataupun dalam kondisi birahi.

Secara umum memilih burung adalah pada prinsipnya adalah sama, apakah anakan itu berasal dari muda hutan maupun dari hasil breeding, sebab dipasaran keduanya selalu ada. Keduanya memiliki keuntungdan dan kerugian tersendiri, biasanya kalo dari muda hutan relatif lebih sulit dijinakkan, akan tetapi terkadang memiliki suara yang asli bawaan dari lingkungan di habitatnya, sedangkan kalo dari hasil breeding biasanya lebih mudah jinak akan tetapi terkadang tidak memiliki suara khas yang ada bila kita tidak melakukan pemasteran yang baik. Tetapi sebaiknya pemilihan bakalan yang baik adalah bakalan yang di dapat dari hutan yang memang masih liar dengan harapan akan mendapatkan kualitas suara yang bagus serta memiliki kecenderungan yang roppel, tentu saja hal tersebut haruslah di barengi dengan perawatan yang baik, sabar serta telaten.

Yang tersedia di pasaran terbagi 2 golongan besar, yaitu tangkapan liar dan hasil penangkaran. Perbedannya terletak pada :

1. Cucak Rawa Tangkapan Liar
Merupakan tangkapan dari alam bebas, dibagi dalam 3 golongan :
a. Cucak Rawa anakan
umumnya manja dan makannya masih disuapi. Kalau melihat orang biasanya menggetarkan sayapnya serta

mebuka mulut minta disuapi.

Ada anggapan bahwa anakan tangkapan liar ini lebih baik dibandingkan hasil penangkaran. Pendapat ini tidak mutlak benar. Kualitas suara kelak akan lebih dipengaruhi oleh prawatan yang baik (asupan gizi dan Pemasteran)

b. Cucak Rawa Muda Hutan
Cucak Rawa muda/remaja dari hasil tangkapan liar disebut sebagai Cucak Rawa muda hutan.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1) warna kepala baian atas keputih-putihan
2) paruh berwarna ke abu-abuan
3) mata berwarna hitam keabu-abuan *dewasa mulai usia 7 bulan mulai berwarna merah atau kemerah-merahan*
4) kaki warna hitam keabu-abuan

c. Cucak Rawa Dewasa
tergolong sukar dijinakkan, liar dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya. Secara umum bulu Cucak Rawa dewasa terlihat kasar dan cenderung lebih cerah.
Kebanyakan amanakala dipelihara akan banyak masalah hal ini lebih disebabkan karena cara perawatan yang kurang tepat serta dari karakter burung itu sendiri. Tidak jarang pula kondisi fisiknya rusak, terutama bulu ekor patah, tumbuh tidak sempurna, dan bahkan tidak jarang pula yang bulu ekornya sulit tumbuh kembali. *lazimnya disebut sebagai kasus tabrak ekor*
2. Cucak Rawa Tangkaran
Tetap dibagi dalam 3 fase diatas, namun Cucak Rawa hasil tangkaran lebih jinak dan cenderung lebih mudah dibentuk karakternya. Hal ini tidaklah mengherankan karena Cucak Rawa hasil tangkaran ini sudah biasa hidup berdampingan dengan manusia.

Mencirikan bakalan Cucak Rawa yang baik
1. teliti kesehatannya
Hal ini sangat penting mengingat burung tangkapan alam didatangkan dari jauh (luar Jawa)
Ciri-ciri yang sehat :
1) burung aktif bergerak
2) makan dengan lahap
3) tidak ada luka/bekas luka di badannya, terutama mata, paruh, kaki dan pada bagian bawah sayap (pangkal paha, Pangkal Sayap) serta punggung.
4) Sayap mengepit rapat
5) Tidak ngeruji/menabrakkan kepala ke jeruji sangkar

Ciri-ciri yang kurang sehat
Kebalikan dari burung yang sehat serta :
1) tidak mau bertengger di tangkringan
2) bulu burung mengembang

2. kemampuan berkicau
Kemampuan burung untuk berkicau tidaklah sama. Berdasarkan bentuk paruhnya dan kokokrannya, kita dapat mengukur kualitas suaranya. Namun hal ini tidak mutlak bilamana tidak disertai dengan perawatan yang baik.
Karena ada pula bakalan yang secara sisi ciri-ciri kurang baik, namun dengan adanya perawatan yg baik dapat diandalkan kicauannya.

a. mengukur dari kokrookan
kokrokan adalah ciri khas Cucak Rawa. Setiap melompat, bergerak atau menghindari sesuatu, dia akan menyuarakan kokrokan ini. kokrokan yang besar, keras dan rajin adalah ciri-ciri bakalan yang baik.

b. bentuk paruh
paruh pada setiapkicauan dapat menjadi tolok ukur kerajinan dan ketajaman suaranya. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa
1) paruh panjang, tidak terlalu tebal memiliki ketajaman suara yang baik dan rajin berkicau
2) paruh panjang dan agak tebal memiliki suara keras dan berat namun kurang lepas dan terkesan tertahan
3) paruh pendek dan agak tebal biasanya kurang rajin berkicau tetapi suaranya tebal
4) paruh pendek tipis kurang rajin berkicau dan tipis suaranya

cara yang benar membawa Cucak Rawa
alat yang paling baik adalah besek atau kardus yang sudah dilubangi. sebelum dikemas, 2 atau 3 hari sebelum perjalanan sebaiknya diberikan obat anti stress yang banyak tersedia di pasaran. Jauhkan dari mesin mobil maupun AC. 1 kotak/besek adalah untuk 1 burung.
Setelah sampai tujuan, masukkan sangkar dan gantungkan sangkar di tempat teduh serta jauh dari gangguan, ataupun juga bisa dengan meletakkan sangkarnya diatas rerumputan. Bilamana memungkinkan, segera berikan makanan alami agar kondisinya segera pulih kembali.

Asal muasal Cucak Rawa memang selalu menjadi polemik, dalam artian bahwa orang cenderung mengatakan Cucak Rawa Medan adalah bagus, tetapi kita tidak seharusnya berkiblat pada hal tersebut. Sebab pada kenyataannya bukan asal-muasal yang berpengaruh tetapi memang dasar suara yang dimilikinya bagus atau tidak, maka seharusnya dengan dasar suara inilah kita seharusnya bepedoman untuk menentukan bahwa Cucak Rawa itu berkualitas atau tidaknya. Secara umum tidak ada perbedaan volume, mental dan jenis suara yang didasarkan oleh asal daerah/habitat. Cucak Rawa Sumatera dan Kalimantan ada yang bermental bagus volume dahsyat, ada yang bersuara tipis, ada yang ropel dan ada yang bersuara biasa saja. Secara fisik, Cucak Rawa daerah sumatera relatif lebih besar ketimbang dari pulau lain. Meski demikian, secara umum bodi Cucak Rawa di Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia, bertubuh bongsor seperti Cucak Rawa Sumatera.

Sebagai sedikit ilustrasi maka ciri fisik yang bagus adalah :
1. Bentuk kepala agak bulat dan besar, dahi menonjol.
2. Paruh, panjang, tebal dan kuat.
3. Lubang hidung tidak lebar, terlihat kecil karena tertutup atau terlindung bulu hidung.
4. Leher panjang dan pangkal leher agak mengembang.
5. Dada bidang,punggung agak bongkok.
6. Tulang paha kiri dan kanan agak merapat.
7. Jari kaki kuat dan panjang, cengkraman sempurna.
8. Badan berukuran besar dan panjang.
9. Bulu sayap panjang, bulu dada terlihat lembut dan tampak mengkilap.
10. Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin runcing dan mengecil.

Catatan :
Ilustrasi di atas di dapat dari proses pembandingan antara Cucak Rawa yang bagus dan Cucak Rawa biasa, jadi bila kita tidak pernah melihat Cucak Rawa yang bagus, tentulah sangat sulit bagi kita untuk menerapkan hal tersebut.

Tinjauan Secara Umum Jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asal/penyebarannya

Suara kicauan Cucak Rawa yang berkualitas memiliki beberapa kriteria, salah satu syarat tersebut terletak pada kemurnian suaranya. Ibarat benda seni, keorisinilannyalah yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan, Cucak Rawa memiliki kemampuan untuk menirukan suara-suara tertentu, termasuk kicauan burung yang lainnya. Oleh karenanya, jangan memelihara burung yang suaranya bisa ditirukan oleh Cucak Rawa. Perawatan Cucak Rawa yang baik dapat memperpanjang usianya namun seiring usia Cucak Rawa yang bertambah (diatas 10 tahun) maka secara berangsur-angsur pula daya tahan tubuh serta kicauannya akan menurun kualitasnya. Namun jangan kuatir, hal tersebut diatas dapat dihambat dengan pemberian makanan yang variatif serta perawatan yang baik.

Selama ini, Cucak Rawa yang berasal dari medan lebih populer dibandingkan dengan Cucak Rawa yang berasal dari daerah lain. Hal ini disebabkan karena sejak dahulu Cucak Rawa asal medan ini yang selalu membanjiri pasaran.dalam banyak hal, Cucak Rawa asal medan dapat dikatakan lebih baik, namun kecepatan suaranya masih kalah bila dibanding dengan Cucak Rawa asal daerah lain, terutama yang berasal dari lampung dan sumatera selatan. Hal ini masih belum begitu dipahami oleh kebanyakan para penggemar Cucak Rawa.

Bila ditinjau dari segi alam, maka, Iklim, kesuburan tanah, ketinggian dari permukaan laut serta vegetasi di negara kita sangat beraneka ragam. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menyebabkan perbedaan ukuran fisik, warna bulu maupun kualitas suara Cucak Rawa. demikian halnya, selain karakter bawaan dari burung, pola perawatan turut berperan dalam menentukan kulitas Cucak Rawa Ini Kelak. Ada satu catatan, makanan alami yang tiap hari dikonsumsi oleh Cucak Rawa dapat berefek pula terhadap kualitas suaranya.

Mengukur kualitas suara kicauan bukanlah suatu perkara mudah, karena ukuran/kriterianya akan berbeda pada tiaporang/kembali ke selera masing-masing. Sebagai salah satu contoh, murai batu asal medan lebih mengandalkan volume dan variasi dalam berkicau. Sedangkan Murai Batu Asal Lampung Lebih Mengandalkan speed atau kecepatan serta gayanya yang atraktif. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa, ada yang bagus di volume, variasi, speed/kecepatannya dll.

barikut jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asalnya :

1. Cucak Rawa Medan
Ketenaran Cucakrawa daerah ini tidak hanya dari suaranya, tetpi dari ukuran tubuhnya pula. Daerah ini memiliki Hutan berawa-rawa yang luas dan tidak terlalu jauh dari pantai sehingga udaranya lumayan panas. Jadi pohon yang tumbuh disekitar tempat ini tidaklah terlalu tinggi.

a. Ciri-ciri
ukuran tubuhnya besar sehingga bila dipegang terasa padat dan agak keras. Walaupun baru ditangkap dari alam bebas, warna bulunya cenderung seperti burung yang telah lama dipelihara, yaitu hijau keabu-abuan sedikit kecoklatan dan tampak bersih.

b. kualitas suara
rata-rata memiliki suara kicauan yang baik, bervariasi serta mepunyai volume suara tang cukup besar. Namun kelemahannya adalah kurang didukung lengkingan suara atau jeritan, sehinga suaranya terkesan berat namun kurang tebal. Bila diamati, kicauannya cenderung nggambang/mengambang. Selain itu, kicauannya kurang bisa dibawakan secara cepat.

2. Cucak Rawa Aceh
Cucak Rawa asal aceh ini banyak dikenal sebagai Cucak Rawa asal medan. Tetapi, para penggemar yang senior dapat mebedakan antara Cucak Rawa Medan dengan Cucak Rawa Aceh.

a. Ciri-Ciri
Cucak Rawa asal daerah ini, ukuran tubuhnya sebesar Cucak Rawa medan namun perbedaannya terletak pada bulunya, yakni warna hijaunya lebih menonjol dari asal medan.

b. kualitas suara
kualitas suaranya tidak jauh berbeda dengan Cucak Rawa asal medan. Hal ini disebabkan karena daerah langkat dan aceh hanya dipisahkan oleh sungai Besitang.

3. Cucak Rawa lampung
Kondisi alam daerah lampung umumnya berbukit dengan hutan-hutannya yang tergolong berpohon tinggi. Hutannya pun tergolong hutan terbuka dalam bentangan yang luas. Walaupun termasuk dtaran tinggi, daerah ini tergolong berudara cukup panas.

a. ciri-ciri
Cucak Rawa asal lampung ini memiliki warna bulu yang hampir tidak jauh berbeda dengan daerah medan. Tetapi ukuran badannya sedikit berbeda. Cucak Rawa asal lampung memiliki badan yang agak pendek walaupun besar badannya hampir sama dengan Cucak Rawa medan. Namun demikian, Cucak Rawa asal daerah ini memiliki fisik yang kekar, berdada bidang serta tulang sayap yang lebih kokoh bila dibandingkan dengan Cucak Rawa Medan. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor alam/lingkungan sekitarnya.

b. kualitas suara
suara nya tidak sekeras asal medan, namun kicauannya lebih tajam dengan sedikit variasi yang lebih sedikit dibanding asal medan. namun Cucak Rawa dari daerah ini mampu membawakan nyanyiannya dalam speed yang baik dan cepat.

4. Cucak Rawa Sumsel, Jambi dan Riau daratan
Daerah ini tergolong berhutan lebat dan berawa-rawa luas.

a. ciri-ciri
hampir sama seperti asal lampung, namun perbedaannya terletak pada bagian dadanya yang kurang bidang.

b. kualitas suara
hampir sama dengan lampung hanya saja dengan volume lebih kecil sedikit bila dibandingkan lampung.

5. Cucak Rawa Kalimantan

Pada saat ini, yang banyak membanjiri pasaran adalah Cucak Rawa yang berasal dari daerah ini.

a. ciri-ciri
warnanya kurang hijau bila dibandingkan Cucak Rawa asal sumatera demikian pula ukuran badannya. Ukurab badannya tidaklah sebesar Cucak Rawa Sumatera.

b. Kualitas Suara
Cucak Rawa asal kalimantan ini tidaklah sebaik Cucak Rawa asal Sumatera. Kebanyakan tempo kicauannya sedikit lambat serta kurang keras dan kurang tebal. Kebanyakan, para penggemar Cucak Rawa menyatakan bahwa Cucak Rawa kalimantan ini bersuara tipis dan kurang tajam.